Pada dasarnya
Marketing Politik adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis tapi juga
taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna
Politik Kepada para Pemilih. Tujuannya membentuk dan menanamkan harapan, sikap,
keyakinan, orientasi, dan perilaku memilih. Perilaku pemilih yang diharapkan
adalah ekspresi mendukung dengan berbagai dimensinya, khususnya menjatuhkan
pilihan pada Partai atau kandidat tertentu.[1]
Sejak Konsep
marketing diutarakan Kotler ditahun 1972 mengemukakan bahwa marketing berlaku
baik pada sektor publik dan non-komersial. Cakupan dari marketing ini sangatlah
luas. Diungkapakan oleh Firmanzah (2004) bahwa pertukaran yang terjadi tidak
saja pertukaran ekonomi, pertukaran ini juga dapat terjadi dalam konteks sosial
secara luas, tidak hanya terbatas pada perusahaan swasta, tetapi juga pada
organisasi sosial non frofit, museum, rumah sakit pemerintah, dalam bentuk
pertukaran ide, norma dan symbol. Dalam hal ini, konteks politik pun dalam
mengaplikasikan konsep dan teori marketing.Firmanzah meyakini bahwa marketing
politik merupakan metode dan konsep aplikasimarketing dalam konteks politik,
marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang dapat memfasilitasi kontestan
(individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik, gagasan
politik, isu politik, ideologi partai, karakteristik pemimpin partai dan
program kerja partai kepada masyarakat atau kontestan.
Marketing politik
berbeda dengan marketing komersial. Marketing politik bukanlah konsep untuk
“menjual” partai politik (parpol) atau kandidat kepada pemilih, namun sebuah
konsep yang menawarkan bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat
membuat program yang berhubungan dengan permasalahan aktual.[2]
Di samping itu, marketing politik merupakan sebuah teknik untuk memelihara
hubungan dua arah dengan pubik.
Paradigma dari
konsep marketing politik adalah; Pertama, Marketing politik lebih dari sekedar
komunikasi politik. Kedua, Marketing politik diaplikasikan dalam seluruh
proses, tidak hanya terbatas pada kampanye politik, namun juga mencakup
bagaimana memformulasikan produk politik melalui pembangunan simbol, image,
platform dan program yang ditawarkan. Ketiga, Marketing politik menggunakan
konsep marketing secara luas yang meliputi teknik marketing, strategi
marketing, teknik publikasi, penawaran ide dan program, desain produk, serta
pemrosesan informasi. Keempat, Marketing politik melibatkan banyak disiplin
ilmu, terutama sosiologi dan psikologi. Kelima, Marketing politik dapat
diterapkan mulai dari pemilu hingga lobby politik di parlemen.
Dalam proses PoliticalMarketing, digunakan penerapan 4P bauran marketing, yaitu:[3]
- Produk (Product) berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang akan disampaikan konstituen.produk ini berisi konsep, identitas ideologi. Baik dimasa lalumaupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik.
- Promosi (Promotion) adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai yang di mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemilihan media perlu dipertimbangkan.
- Harga (Price), mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan partai selama periode kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga persepsi psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman, dengan latar belakang etnis, agama, pendidikan dan lain-lain . Sedangkan harga citra nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan negara.
- Penempatan (Place), berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih. Ini berati sebuah partai harus dapat memetakan struktur serta karakteristik masyarakat baik itu geografis maupun demografis.
Tujuan marketing
dalam adalah; (1) Untuk menanggulangi rintangan aksesibilitas; (2) Memperluas
pembagian pemilih; (3) Meraih kelompok sasaran baru; (4) Memperluas tingkat
pengetahuan publik; (5) Memperluas preferensi program partai atau kandidat; (6)
Memperluas kemauan dan maksud untuk memilih.[4]
Marketing politik,
memiliki dua karakter yang melekat dalam dirinya, yakni karakter struktural dan
karakter proses. Karakter struktural mencakup produk, organisasi dan pasar.
Sementara karakter proses mencakup pendefinisian nilai, pembangunan nilai dan
penyampaian nilai. Terdapat tiga
tahapan pada analisis marketing politik:[5]
- Selama pemilihan tema dan sasaran kampanye; ini termasuk "benchmark polls", yang hasilnya sering memiliki pengaruh besar pada keputusan kampanye.
- Setelah "trial campaign", terbatas dalam waktu dan tempat, yang disebut "follow up polls", dalam rangka untuk mengubah keputusan kampanye sebelumnya.
- Selama kampanye itu sendiri, yang disebut "traking polls", dalam rangka meningkatkan posisi kampanye, atau memodifikasinya,
Jadi, inti dari
political marketing adalah mengemas pencitraan, publik figur dan kepribadian
(Personality) seorang kandidat yang berkompetisi dalam konteks Pemilihan Umum
kepada masyarakat luas yang akan memilihnya. Dalam hal ini tujuan marketing
dalam politik adalah bagaimana membantu PARPOL untuk lebih baik dalam mengenal
masyarakat yang diwakili atau menjadi target dan kemudian mengembangkan isu
politik yang sesuai dengan aspirasi mereka.
[1]
Adman Nursal, Political Marketing
(Jakarta : PT gramedia pustaka Utama, 2004), H. 23
[2]
Firmanzah, Marketing Politik; Antara Pemahaman dan
Realitas (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 18.
[3] Ibid, h.20.
[4]
Bruce I. Newman, Handbook of Political
Marketing (California: Sage Publication, 1999), h. 43.
[5]
Philipe J. Maarek, Campaign Communication
and Political Marketing, (London: Willey-Blackwell, 2011),h. 54.
0 comments:
Post a Comment